Dengan metode gamma
knife, pengobatan kanker otak bisa dilakukan tanpa operasi, cukup dengan
pancaran 200 sinar radiasi. Metode pengobatan ini juga lebih akurat serta minim
risiko dan biaya.Kehadirannya yang susah dideteksi, membuat penyakit ini susah
diantisipasi secara dini. National Cancer Institute memperkirakan, setiap tahun
ada sekitar 22.000 pasien baru kanker otak di seluruh dunia. Tingkat
kematiannya juga cukup tinggi, yakni 13.000 kasus per tahun.
Berdasarkan
definisinya, kanker otak adalah tumor ganas yang tumbuh di sel otak, baik
berasal dari sel otak sendiri (primary brain cancer) maupun dari organ lain
yang menyebar ke otak (secondary atau metastatic brain cancer). Tidak seperti
jenis kanker lainnya, kanker otak jarang menyebar ke jaringan lain sehingga
penggolongannya hanya didasarkan pada seberapa cepat pertumbuhan sel kanker.
Pembedahan adalah
pengobatan yang paling umum untuk kanker otak. Tujuannya untuk mengangkat
sebanyak-banyaknya kanker dan meminimalkan sebisa mungkin peluang kehilangan
fungsi otak. Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi, yang
dilakukan dengan anestesi umum.
Namun, kini prosedur
operasi kanker otak dapat dilakukan tanpa pisau bedah dan tidak membuka tulang tengkorak,
yaitu dengan menggunakan teknologi radiasi sinar gamma (gamma knife). Cara ini
dapat menghancurkan sel-sel otak yang sakit, sementara menjaga selsel lainnya
yang masih sehat. Dalam operasi ini, dipancarkan sebanyak 200 sinar radiasi
yang difokuskan ke tumor atau target lainnya.
“Dengan menggunakan
gamma knife, pengobatan kanker otak dapat lebih akurat, tanpa efek samping,
serta mengurangi biaya dan waktu perawatan pasien,” terang Prof Dr dr Eka J
Wahjoepramono SpBS, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK
UPH) dalam acara temu media di Kampus UPH, Karawaci, Tangerang, beberapa waktu
lalu.
Menurut Eka, setiap
pancaran sinar gammayang digunakan pada operasi ini mempunyai dampak kecil
terhadap sel otak yang dilaluinya, namun memiliki dosis radiasi yang cukup
besar pada lokasi target, di mana semua pancaran- pancaran sinar bertemu.
Keakuratan gamma knife hampir tidak menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang
berada di sekitar target penyinaran.
Dalam beberapa
kasus, hanya menyebabkan sedikit efek samping dibandingkan dengan perawatan
radiasi biasa. “Sebelum operasi, program dalam mesinnya di-setting khusus
terlebih dahulu, bergantung penyakit pasien, sehingga target penyinaran jelas
dan tepat. Tidak ada efek samping yang signifikan usai operasi,” ujar dia.
Apalagi, lanjut dia,
pasien tidak akan menerima perawatan lanjutan setelah operasi. Dengan demikian,
beban biaya yang dikeluarkan pasien juga bisa lebih ditekan.
“Operasi bedah saraf
konvensional umumnya lebih mahal karena pasien akan masuk ruang ICU usai
operasi dalam beberapa bulan dalam rangka pemulihan. Dengan gamma knife tidak
perlu, bisa langsung pulang,” tandas Eka.
Dampak dari operasi
dengan menggunakan teknologi ini, kata Eka, dapat terlihat seiring dengan
berjalannya waktu. Lesi atau tumor yang bersemayam pada otak pasien akan hancur
atau mengecil secara berkala dan pada akhirnya akan menghilang atau tidak akan
mengalami pertumbuhan.”Umumnya, beberapa tahun kemudian bisa terlihat perubahan
tumornya mengecil atau hilang. Secara berkala selalu dimonitor,” ujarnya.
Menurut Eka, teknik
gamma knife mulai dikembangkan oleh Prof Lars Leksell dari Swedia sejak awal
1970-an. Sejak saat itu, metode ini mulai menjalar ke seluruh dunia dan menjadi
alternatif pengobatan bagi kanker otak. Negara-negara seperti Jepang, Amerika
Serikat, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam sudah lebih dulu menikmati
keandalan mesin modern ini.
Saat ini, edisi
terbaru mesin gamma knife adalah Leksell Gamma Knife Perfexion yang diklaim
sebagai yang tercanggih. Rencananya, Siloam Hospitals, Lippo Village, Karawaci,
Tangerang, akan menghadirkan alat ini secara efektif mulai tahun depan. Alat
senilai USD6 juta tersebut akan menjadi satu-satunya yang berada di Asia
Tenggara.
Dr Lutfi
Hendriansyah MD, spesialis bedah saraf di Siloam Hospitals, Lippo Village,
Karawaci, Tangerang, mengatakan bahwa sejumlah tim dokter dan staf sudah
disiapkan untuk dapat mengoperasikan alat ini.
Mereka, lanjut dia,
sudah dibekali dengan serangkaian pembekalan dan pelatihan yang memadai oleh
para dokter yang kompeten. Memang, kata Lutfi, tidak semua penyakit di otak
dapat ditangani dengan mesin ini. Di antaranya yang bisa adalah tumor otak,
kelainan pembuluh darah, dan yang sedang dikembangkan adalah pengobatan untuk
epilepsi, parkinson, dan kelainan gerakan fungsional saraf. Untuk kanker otak
pun, ujar dia, mesti memenuhi persyaratan tertentu.
”Di antaranya,
volume besarnya tumor tidak lebih dari 30–40 cc serta bagaimana kondisi pasien
itu sendiri,” ucapnya.Berbicara soal biaya, dia mengungkapkan, operasi
menggunakan Leksell Gamma Knife Perfexion ini menyedot dana berkisar antara
USD10.000–USD12.000. Ini relatif murah dibandingkan mesin sejenis di negara
tetangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar