Selasa, 11 Juni 2013

Atasi Kanker Otak Tanpa Operasi



Dengan metode gamma knife, pengobatan kanker otak bisa dilakukan tanpa operasi, cukup dengan pancaran 200 sinar radiasi. Metode pengobatan ini juga lebih akurat serta minim risiko dan biaya.Kehadirannya yang susah dideteksi, membuat penyakit ini susah diantisipasi secara dini. National Cancer Institute memperkirakan, setiap tahun ada sekitar 22.000 pasien baru kanker otak di seluruh dunia. Tingkat kematiannya juga cukup tinggi, yakni 13.000 kasus per tahun.
Berdasarkan definisinya, kanker otak adalah tumor ganas yang tumbuh di sel otak, baik berasal dari sel otak sendiri (primary brain cancer) maupun dari organ lain yang menyebar ke otak (secondary atau metastatic brain cancer). Tidak seperti jenis kanker lainnya, kanker otak jarang menyebar ke jaringan lain sehingga penggolongannya hanya didasarkan pada seberapa cepat pertumbuhan sel kanker.
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk kanker otak. Tujuannya untuk mengangkat sebanyak-banyaknya kanker dan meminimalkan sebisa mungkin peluang kehilangan fungsi otak. Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi, yang dilakukan dengan anestesi umum.
Namun, kini prosedur operasi kanker otak dapat dilakukan tanpa pisau bedah dan tidak membuka tulang tengkorak, yaitu dengan menggunakan teknologi radiasi sinar gamma (gamma knife). Cara ini dapat menghancurkan sel-sel otak yang sakit, sementara menjaga selsel lainnya yang masih sehat. Dalam operasi ini, dipancarkan sebanyak 200 sinar radiasi yang difokuskan ke tumor atau target lainnya.
“Dengan menggunakan gamma knife, pengobatan kanker otak dapat lebih akurat, tanpa efek samping, serta mengurangi biaya dan waktu perawatan pasien,” terang Prof Dr dr Eka J Wahjoepramono SpBS, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK UPH) dalam acara temu media di Kampus UPH, Karawaci, Tangerang, beberapa waktu lalu.
Menurut Eka, setiap pancaran sinar gammayang digunakan pada operasi ini mempunyai dampak kecil terhadap sel otak yang dilaluinya, namun memiliki dosis radiasi yang cukup besar pada lokasi target, di mana semua pancaran- pancaran sinar bertemu. Keakuratan gamma knife hampir tidak menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang berada di sekitar target penyinaran.
Dalam beberapa kasus, hanya menyebabkan sedikit efek samping dibandingkan dengan perawatan radiasi biasa. “Sebelum operasi, program dalam mesinnya di-setting khusus terlebih dahulu, bergantung penyakit pasien, sehingga target penyinaran jelas dan tepat. Tidak ada efek samping yang signifikan usai operasi,” ujar dia.
Apalagi, lanjut dia, pasien tidak akan menerima perawatan lanjutan setelah operasi. Dengan demikian, beban biaya yang dikeluarkan pasien juga bisa lebih ditekan.
“Operasi bedah saraf konvensional umumnya lebih mahal karena pasien akan masuk ruang ICU usai operasi dalam beberapa bulan dalam rangka pemulihan. Dengan gamma knife tidak perlu, bisa langsung pulang,” tandas Eka.
Dampak dari operasi dengan menggunakan teknologi ini, kata Eka, dapat terlihat seiring dengan berjalannya waktu. Lesi atau tumor yang bersemayam pada otak pasien akan hancur atau mengecil secara berkala dan pada akhirnya akan menghilang atau tidak akan mengalami pertumbuhan.”Umumnya, beberapa tahun kemudian bisa terlihat perubahan tumornya mengecil atau hilang. Secara berkala selalu dimonitor,” ujarnya.
Menurut Eka, teknik gamma knife mulai dikembangkan oleh Prof Lars Leksell dari Swedia sejak awal 1970-an. Sejak saat itu, metode ini mulai menjalar ke seluruh dunia dan menjadi alternatif pengobatan bagi kanker otak. Negara-negara seperti Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam sudah lebih dulu menikmati keandalan mesin modern ini.
Saat ini, edisi terbaru mesin gamma knife adalah Leksell Gamma Knife Perfexion yang diklaim sebagai yang tercanggih. Rencananya, Siloam Hospitals, Lippo Village, Karawaci, Tangerang, akan menghadirkan alat ini secara efektif mulai tahun depan. Alat senilai USD6 juta tersebut akan menjadi satu-satunya yang berada di Asia Tenggara.
Dr Lutfi Hendriansyah MD, spesialis bedah saraf di Siloam Hospitals, Lippo Village, Karawaci, Tangerang, mengatakan bahwa sejumlah tim dokter dan staf sudah disiapkan untuk dapat mengoperasikan alat ini.
Mereka, lanjut dia, sudah dibekali dengan serangkaian pembekalan dan pelatihan yang memadai oleh para dokter yang kompeten. Memang, kata Lutfi, tidak semua penyakit di otak dapat ditangani dengan mesin ini. Di antaranya yang bisa adalah tumor otak, kelainan pembuluh darah, dan yang sedang dikembangkan adalah pengobatan untuk epilepsi, parkinson, dan kelainan gerakan fungsional saraf. Untuk kanker otak pun, ujar dia, mesti memenuhi persyaratan tertentu.
”Di antaranya, volume besarnya tumor tidak lebih dari 30–40 cc serta bagaimana kondisi pasien itu sendiri,” ucapnya.Berbicara soal biaya, dia mengungkapkan, operasi menggunakan Leksell Gamma Knife Perfexion ini menyedot dana berkisar antara USD10.000–USD12.000. Ini relatif murah dibandingkan mesin sejenis di negara tetangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar